Selasa, 26 Mei 2015

Mushoku Tensei 1-2-1

Bab 2 – Pelayan Tanpa Ekspresi 

Bagian 1
Lilia pernah menjadi pengawal-pelayan untuk selir raja Asura.

Pengawal-pelayan adalah seorang pelayan yang juga sebagai pengawal.

Pengawal-pelayan biasanya akan melakukan pekerjaan pelayan, tetapi jika terjadi sesuatu, mereka akan mengeluarkan pedang untuk melindungi tuannya.

Lilia setia dalam melaksanakan tugasnya. Sejauh pekerjaannya sebagai pelayan terlaksana, tidak ada yang dikeluhkan darinya.

Tapi sebagai pendekar pedang, kemampuannya rata-rata, sama dengan kebanyakan orang.

Karenanya, dia ceroboh dalam pertempuran melawan seorang pembunuh yang mengincar nyawa putri yang baru lahir, sehingga ia mendapat cedera di kaki oleh belati musuh.

Belati itu dilapisi dengan racun yang secara khusus dimaksudkan untuk membunuh keluarga Raja.

Tidak ada obat penawar atau sihir penyembuhan yang mampu mengobati racun tersebut.

Lukanya segera diobati, dan ia selamat berkat sang dokter yang mencoba berbagai metode penyembuhan, tapi ada efek samping yang tertinggal.

Tidak ada masalah berarti yang bisa mempengaruhi kehidupannya sehari-hari, tapi dia tidak akan pernah bisa berlari atau menginjak-injakkan kaki nya lagi.

Kerajaan kemudian memecat dia tanpa ragu-ragu.

Hal itu bukanlah kejadian yang jarang terjadi, dan Lilia sendiri menerima nasib ini.

Setelah kehilangan kemampuannya, itu berarti bahwa dia pasti akan kehilangan jabatannya.

Meskipun tidak diberi uang kompensasi, ia menganggap sudah beruntung bahwa dia tidak ‘dibungkam’ diam-diam karena dia telah bertugas dikediaman istana.


Lilia kemudian meninggalkan ibukota.

Dalang percobaan pembunuhan tidak ditemukan.

Memahami peraturan staf-staf selir, dia tahu ada kemungkinan ia akan menjadi sasaran berikutnya.

Mungkin istana membiarkan Lilia pergi meninggalkan istana untuk memancing keluar sang dalang.

Dia selalu bertanya-tanya mengapa dia, yang tidak memiliki latar belakang yang signifikan, telah diterima bekerja didalam istana. Sekarang dia akhirnya mengerti, mereka hanya ingin menyewa pelayan yang dapat digunakan lalu dibuang.

Apapun alasannya, sekarang ia harus meninggalkan ibukota secepat mungkin, demi keselamatannya sendiri.

Meskipun kerajaan memperlakukan dia sebagai umpan, ia tidak punya kewajiban untuk tetap tinggal karena ia tidak diperintahkan untuk itu.

Dan dia tidak punya kewajiban untuk dipenuhi.


Lilia diam-diam beralih arah saat bepergian, dan tiba di wilayah Fedoa, yang memiliki lahan pertanian yang luas dan terletak di daerah perbatasan.

Wilayah Fedoa adalah tempat santai dari ladang gandum yang luas, dengan pengecualian disitu terdapat Kota benteng Roa, di mana sang penguasa tinggal.

Lilia bermaksud untuk mencari pekerjaan di sana.

Tapi, dengan kakinya yang terluka, ia tidak dapat menemukan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik.

Dia bisa bekerja mengajar ilmu pedang, tapi yang terbaik baginya adalah bekerja sebagai pelayan, karena gajinya lebih tinggi.

Di perbatasan ini, ada banyak yang bisa mengayun pedang, dan ada  banyak yang bisa mengajarkan ilmu pedang, tapi pelayan yang berpengalaman dalam urusan rumah tangga relatif jarang.

Karena pelamarnya lebih sedikit, niscaya gaji akan lebih besar.

Namun, akan berbahaya baginya jika dipekerjakan oleh penguasa Fedoa, atau bangsawan kelas tinggi dan semisalnya ...

Orang-orang seperti itu pasti memiliki hubungan dengan raja.

Jika mereka tahu dia adalah seorang pelayan yang pernah bekerja untuk selir istana, ada kemungkinan bahwa ia akan diperlakukan sebagai alat politik.

Dan karena alasan itu, Lilia menjauh dari mereka.

Dia tidak ingin mengalami situasi hampir-mati  lagi.

Meskipun itu tidak adil untuk sang putri, Lilia berharap untuk menghindar dari pertentangan para bangsawan berebut kekuasaan.

Tapi, jika gajinya terlalu rendah maka itu tidak akan cukup untuk dikirim ke keluarganya.

Mencoba untuk mencari pekerjaan yang aman dan gaji terjamin memang tidaklah mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar