Bab 1 - Mungkinkah ini Dunia Lain?
Bagian 3
Setengah tahun telah berlalu.
Mendengarkan percakapan orang tuaku selama setengah tahun ini, membuatku mulai memahami berbagai hal sedikit demi sedikit.
Nilaiku bahasa Inggris tidak bisa dibilang bagus, tetapi tampaknya memang benar bahwa belajar bahasa asing itu bisa cukup lambat ketika dipengaruhi oleh bahasa asli. Atau mungkinkah bahwa otak tubuh ini cukup bagus? Mungkin itu karena usia muda, tapi yang pasti aku bisa dengan cepat mengingat banyak hal.
Pada saat ini, Aku sudah bisa merangkak.
Mampu bergerak adalah hal yang sangat menggembirakan.
Aku tidak pernah merasa syukur seperti ini sebelumnya hanya karena bisa bergerak.
"Dia akan bergerak ke tempat lain ketika Aku memalingkan pandanganku darinya."
"Bukankah baik kalau dia aktif? Aku sangat khawatir ketika dia tidak menangis sama sekali saat dilahirkan."
"Bahkan sekarangpun, dia tidak menangis."
Orang tua Aku berdiskusi hal ini ketika mereka melihat Aku merangkak kemana-mana.
Memang sih, Aku tidak berada pada usia yang akan menangis keras saat lapar.
Tetapi bahkan walaupun sudah kucoba untuk menahannya, sesuatu yang datang dari bawah ini masih akan bocor keluar, jadi akhirnya kubiarkan saja apa adanya.
Meskipun aku hanya bisa merangkak, setelah Aku melakukannya, Aku bisa mengetahui banyak hal.
Pertama-tama, keluarga ini relatif kaya.
Bangunan ini adalah rumah kayu berlantai dua, dan ada lebih dari lima kamar. Mereka punya satu pembantu sewaan.
Pada awalnya Aku pikir pembantu itu bibiku atau semisalnya, tapi sikap hormatnya terhadap orang tuaku membuatnya tampak bukan keluarga.
Tempat ini adalah sebuah desa.
Dari pemandangan yang bisa kulihat dari jendela, terlihat pemandangan petak-petak sawah yang tenang.
Rumah-rumah lainnya berada tersebar disekitar, dan di satu sisi ladang gandum aku bisa melihat dua-tiga keluarga.
Tempat ini seperti pelosok pedesaan. Aku tidak melihat adanya kabel listrik, lampu, atau sesuatu yang serupa. Mungkin tidak ada generator di dekat sini.
Aku pernah mendengar bahwa negara-negara asing menempatkan kabel dibawah tanah mereka, walaupun itu yang terjadi, sangat aneh jika rumah ini tidak memiliki listrik.
Disini terlalu pelosok. Hal ini menyakitkan bagiku yang telah berkecimpung dengan gelombang peradaban.
Bahkan walaupun ini reinkarnasi, Aku masih ingin memiliki komputer pribadi.
Pemikiran seperti itu berakhir pada sore hari.
Karena tidak ada yang bisa dikerjakan, Aku naik ke kursi seperti biasanya, berniat untuk mengagumi pemandangan luar. Ketika Aku melihat keluar jendela, Aku sangat terkejut.
Ayah mengayun-ayunkan pedang di halaman.
(Ha, hah? Apa yang dia lakukan?)
Ayahku masih mengayun-ayunkan benda itu di usia segitu? Chuunibyou?
(Ah, aduh ....)
Karena shock, aku jatuh dari kursi.
Tangan mungilku meraih kursi, tetapi tidak dapat menahan berat tubuhku dan bagian belakang kepalaku yang lebih berat menyentuh lantai duluan.
"Kyaa!"
Aku mendengar jeritan saat aku jatuh ke lantai.
Ibu melihatku dan menjatuhkan laundry cucian, tangannya menutup mulutnya, melihat dari atas dengan wajah pucat.
"Rudi! Apa Kau baik-baik saja !?"
Ibuku bergegas kearahku dengan panik dan mengangkatku.
Dia menatap mataku dan meletakkan tangannya di dadanya, tampak lega
"..... Fiuh, Kau tampaknya baik-baik saja."
(Nyonya, sebaiknya Anda tidak menggerak-gerakkan seseorang setelah kepalanya terbentur) aku mengingatkannya dalam hati.
Dari sikap cemasnya, tampaknya Aku telah jatuh dengan cara yang cukup berbahaya.
Tampaknya mungkin Aku bisa menjadi idiot karena benturan di kepala. Bukan berarti itu akan jadi berbeda dengan sebelumnya.
Ada rasa sakit berdenyut di belakang kepalaku. Setidaknya saat meraih kursi dengan tangan, Aku telah menurunkan kecepatan jatuhku.
Karena reaksi ibuku tidak tampak panic, Aku berasumsi tidak ada darah yang keluar. Mungkin hanya bengkak.
Ibu memperhatikan kepalaku dengan hati-hati.
Ekspresinya seolah mengatakan, jika ada cedera, maka ini hal yang serius.
Akhirnya, ia meletakkan tangannya di atas kepalaku,
"Untuk amannya ....... Biarkan kuasa Tuhan berubah menjadi tanaman berlimpah, dan diberikan kepada mereka yang telah kehilangan kekuatan untuk berdiri lagi,「 PENYEMBUHAN 」"
Aku hampir terpingkal-pingkal, "Hei, hei, apa ini [Sakit, nyeri, cepat pergi]-nya negara ini?"
Ataukah, selain [ayah pengayun-pedang]-ku, ibuku juga seorang chuunibyou?
Pernikahan seorang warrior dan cleric?
Tepat ketika aku sedang memikirkan itu.
Tangan ibuku memancarkan cahaya redup, dan, dalam sekejap, rasa sakitku hilang.
(...... Eh?)
"Lihat, semua baik-baik saja sekarang. Soalnya, ibumu adalah seorang petualang terkenal," kata ibuku dengan sombong.
Aku jatuh kedalam kebingungan.
Pedang, warrior, petualang, penyembuhan, mantra, cleric. Semua istilah ini bergema di kepalaku.
Apa itu tadi? Apa yang dia lakukan?
"Ada apa?"
Ayahku melihat dari luar jendela ketika ia mendengar jeritan ibuku.
Seluruh tubuhnya berkeringat karena ia baru saja mengayun-ayunkan pedangnya.
"Dengarkan aku, Sayang. Rudi sebenarnya tadi naik di atas kursi ..... dan hampir mendapatkan luka serius."
"Ooh, memang tidak baik jika anak laki-laki tidak aktif."
Seorang ibu yang sedikit khawatir, dan ayah yang tidak menganggap ini masalah besar dan menenangkannya.
Ini adalah kejadian yang sudah biasa terlihat.
Tapi, ibuku tidak mundur, mungkin karena tadi bagian belakang kepalaku yang jatuh duluan.
"Sebentar, Sayang. Anak ini bahkan belum berumur setahun. Khawatirlah sedikit!"
"Meskipun begitu, anak dimaksudkan untuk tumbuh dan jatuh sehingga menjadi kokoh. Dengan cara ini dia akan menjadi sehat. Selain itu, bahkan jika dia cedera, Kau kan bisa menyembuhkannya?"
"Tapi aku benar-benar khawatir, aku terus memikirkan andai dia cedera berat dan Aku tidak mampu menyembuhkannya ......"
"Dia akan baik-baik saja."
Ayah Aku mengatakan itu dan memeluk ibu erat-erat.
Wajah ibu memerah.
"Aku sangat khawatir ketika dia tidak menangis sama sekali di awal, tapi dia begitu nakal, dia pasti akan baik-baik saja ......"
Ayahku mencium ibuku.
Hei, hei, Kalian sengaja menunjukkan hal ini kepadaku kan? Kalian berdua!
Kemudian mereka berdua menempatkan Aku di kamar sebelah untuk tidur, lalu pergi ke lantai dua, dan memulai tugas membuatkanku saudara.
Bahkan jika Kalian berdua pergi ke lantai dua, aku masih bisa mendengar suara-suara nyan nyan. Orang-orang offline sukses sialan...!
(Hmm, sihir ya .....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar